BAB
I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
penting.
Tanpa sistem temu-balik, pengguna akan mengalami kesulitan mengakses
sumberdaya informasi yang tersedia di perpustakaan. Sebaliknya, perpustakaan akan
mengalami
kesulitan untuk mengkomunikasikan sumber daya informasi yang tersedia
kepada
pengguna, bila sistem temu-balik yang memadai tidak tersedia.
Salah
satu sistem temu-balik yang umum dikenal di perpustakaan ialah katalog
perpustakaan.
Melalui katalog perpustakaan, pengguna dapat melakukan akses ke
koleksi
suatu perpustakaan. Perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya
koleksi
yang dimilikinya kepada pengguna, melalui katalognya.
Katalog
perpustakaan dari masa-kemasa telah mengalami inovasi. Inovasi
terhadap
katalog perpustakaan ditujukan untuk memberi kemudahan kepada
pengguna
perpustakaan dalam menemu-balikkan bahan pustaka yang diinginkannya
dari
perpustakaan. Tulisan ini mencoba akan menguraikan pengertian, fungsi dan
historis
singkat dari katalog perpustakaan. Diuraikan juga perbandingan keunggulan
dan
kelemahan diantara katalog perpustakaan yang manual dengan katalog online.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Katalog
Perpustakaan
Perpustakaan memerlukan katalog adalah untuk menunjukkan
ketersediaan
koleksi
yang dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang
berisikan
informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Daftar tersebut biasanya
disebut
katalog perpustakaan. Hunter (1991, 1) menyatakan bahwa katalog adalah
suatu
daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan lainnya. Katalog
memungkinkan
pengguna untuk menemukan suatu bahan pustaka yang tersedia
dalam
koleksi perpustakaan tertentu. Katalog juga memungkinkan pengguna untuk
mengetahui
di mana suatu bahan pustaka bisa ditemukan. Dengan demikian, katalog
adalah
suatu sarana untuk menemubalikkan suatu bahan pustaka dari koleksi suatu
perpustakaan.
Gates (1989, 62) menyatakan bahwa, katalog
perpustakaan adalah suatu
daftar
yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan,
dengan
informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik,
subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. Pendapat ini menjelaskan apa yang
menjadi
entri dari suatu katalog. Katalog memuat informasi deskriptif mengenai
berbagai
hal, seperti pengarang, judul, penerbit dan sebagainya. Dengan perkataan
lain,
pada suatu katalog dicacat sejumlah informasi bibliografis dari suatu dokumen
atau
bahan pustaka.
Pendapat lain menyatakan, katalog perpustakaan
adalah susunan yang
sistematis
dari seperangkat cantuman bibliografis yang merepresentasikan kumpulan
dari
suatu ko leksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan,
seperti
buku,
terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya
(Taylor
1992, 6). Uraian ini menekankan keberadaan katalog perpustakaan yang
merupakan
representasi dari berbagai bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.
Jika
pengguna ingin mencari suatu dokumen di perpustakaan, maka ia dapat
menggunakan
katalog yang tersedia, karena katalog tersebut adalah representasi dari
koleksi
yang dimiliki.
Pendapat di atas menunjukkan pandangan yang sama
terhadap pengertian
katalog
perpustakaan. Katalog perpustakaan adalah daftar koleksi dari suatu
perpustakaan
tertentu yang disusun secara sistematis. Sulistyo-Basuki (1991, 317)
menyatakan
hal yang senada yaitu, katalog perpustakaan adalah senarai dokumen
yang
dimiliki sebuah perpustakaan atau kelompok perpustakaan.
2. Tujuan dan Fungsi
Katalog Perpustakaan
Tujuan katalog perpustakaan pertama sekali
dikemukakan oleh Cutter pada
tahun
1867 (Cutter 1904), yaitu:
1.
“1. To enable a person to find a book about which one of the following is
known:
the author, the title, the subject
2.
To show what the library has by a given author, on a given subject, in a given
kind
of literature.
3.
To assist in the choice of a book, as to its edition, as to its character-
literary or
topical”
(Hartley 1993, 320)
Tujuan di atas memberi penekanan yang luas akan
fungsi katalog
perpustakaan.
Tujuan pertama menyatakan bahwa katalog perpustakaan dapat
digunakan
oleh pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang diinginkannya
berdasarkan
pengarang, judul, maupun subjeknya. Pengertian ini menekankan fungsi
katalog
perpustakaan sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi
(information
retrieval) di suatu perpustakaan. Tujuan kedua menyatakan bahwa
katalog
dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah
perpustakaan.
Katalog perpustakaan berfungsi sebagai suatu sistem
komunikasi yang
dapat
menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya. Artinya, suatu perpustakaan
melalui
katalognya me ngkomunikasikan kepada pengguna, koleksi apa saja yang
dimilikinya,
seberapa banyak koleksi tersebut dan sebagainya. Katalog perpustakaan
di
satu sisi dapat berfungsi sebagai sistem komunikasi, dan di sisi lain berfungsi
sebagai
daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya. Tujuan ketiga
menyatakan
bahwa katalog dapat membantu pada pemilihan sebuah buku
berdasarkan
edisinya, atau berdasarkan karakternya - sastra atau topik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
fungsi katalog
perpustakaan
adalah sebagai sarana temubalik informasi, sistem komunikasi dan
sebagai
daftar inventaris koleksi di suatu perpustakaan. Katalog perpustakaan
berfungsi
sebagai inventaris dokumen sebuah perpustakaan sekaligus berfungsi
sebagai
sarana temu balik (Sulistyo-Basuki 1991, 317).
3. Bentuk Katalog
Perpustakaan
Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan
mengalami perkembangan
dari
masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan
bentuk
fisiknya. Sebelum katalog terpasang (online) muncul, telah dikenal berbagai
bentuk
katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog
kartu
(Horgan 1994, 2). Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari
berbagai
bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog
berbentuk
kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog
komputer
terpasang (online computer catalog) (Taylor 1992, 8).
Katalog berbentuk buku telah lama digunakan di
perpustakaan, katalog
tersebut
sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog). Keuntungan dari
katalog
berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat
diletakkan
pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain.
Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan
dengan cepat, mudah
menyimpannya,
mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi. Kelemahan dari
katalog
berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi
karena
setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berart i katalog sebelumnya
harus
diperbaharui kembali, atau setidak-tidaknya membuat suplemen. Dengan
©2003
Digitized by USU digital library 3
demikian,
katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk
buku
cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah.
Karena biaya membuat katalog berbentuk buku
cenderung mahal, dan cepat usang,
maka
perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke
bentuk
katalog yang lain, terutama katalog kartu.
Katalog
kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi
bibliografinya
dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun
secara
sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada
berbagai
jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog
kartu
ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di
perpustakaan
tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan
pada
jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar,
misalnya
terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika
perpustakaan
terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu
jenis
entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama
bila
melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika
berada
pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai
urutan
indeksnya.
Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah
katalog berbentuk mikro.
Katalog
berbentuk mikro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan computeroutput
microform
(COM). COM dibuat pada salah satu bentuk microfilm atau
microfiche.
Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog
berbentuk
buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada
katalog
kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya. Namun di sisi lain,
banyak
pelanggan menemukan versi microfiche yang tidak menyenangkan digunakan
(Taylor
1992, 11).
Katalog komputer terpasang (online computer catalog)
sering disebut dengan
online
public access catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telah
digunakan
pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC cepat menjadi pilihan katalog
yang
digunakan di berbagai jenis perpustakaan. Dari berbagai bentuk fis ik katalog
yang
telah digunakan di perpustakaan, ternyata OPAC dianggap paling luwes (flexible)
dan
paling mutakhir (Taylor 1992, 11).
4. Online Public Access
Catalogue
4.1.
Pengertian Online Public Access Catalogue
Istilah baku untuk online public access catalogue
(OPAC) dalam bahasa
Indonesia,
hingga saat ini belum terumuskan dengan pasti. Ada perpustakaan yang
menyebutnya
dengan istilah katalog online atau katalog terpasang, dan ada juga yang
tetap
menyebutnya dengan OPAC. Selain itu, ada juga perpustakaan yang
menyebutnya
dengan Katalog Akses Umum Talian, disingkat KAUT (Siregar 1999, 5).
Corbin (1985, 255) menyebutnya dengan online public
catalog, yaitu suatu
katalog
yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau beberapa
perpustakaan,
disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya, dan dibuat
tersedia
secara online kepada pengguna. Katalog itu dapat ditelusur secara online
melalui
titik akses yang ditentukan. Pendapat ini menekankan pengertian OPAC dari
segi
penyimpanan dan penelusuran secara online.
Pendapat lain menyatakan bahwa OPAC adalah sistem
katalog terpasang yang
dapat
diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan
data
katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu,
untuk
mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan
dengan
sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka
yang
sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam (Tedd
1993,
141). Pendapat ini menunjukkan fungsi dari OPAC sebagai sarana temu balik
informasi
yang dapat diintegrasikan dengan sistem sirkulasi. Selain sebagai alat bantu
penelusuran,
OPAC dapat juga digunakan sebagai sarana untuk memeriksa status
suatu
bahan pustaka. Melalui OPAC, pengguna dimungkinkan juga dapat mengetahui
lokasi
atau tempat penyimpanannya.
Kebutuhan pengguna berkomunikasi dengan sistem
komputer dalam rangka
memecahkan
suatu pertanyaan atau permintaan (query), merupakan aspek paling
penting
pada OPAC. Pengguna menggunakan OPAC adalah untuk menjawab query
tertentu.
OPAC menjadi suatu sarana atau alat bantu bagi pengguna untuk melakukan
penelusuran
informasi di perpustakaan. Melakukan penelusuran informasi melalui
OPAC,
biasanya menggunakan suatu terminal yang tersambung ke sistem komputer.
Oleh
karena itu, OPAC adalah sistem temu balik informasi yang merupakan bagian
dari
sistem komputer perpustakaan.
Melalui OPAC, pengguna akan bisa mengetahui seberapa
banyak judul, subjek,
eksemplar,
dan sebagainya dari koleksi suatu perpustakaan tertentu.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dinyatakan bahwa OPAC adalah suatu sistem
temu
balik informasi berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna untuk
menelusur
koleksi suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya.
4.2.
Perkembangan Sistem OPAC dan Automasi Perpustakaan
Perkembangan sistem OPAC pada dasarnya tidak
terpisahkan dari sejarah
automasi
perpustakaan. The Kang Hai (1995, 2-4) menyatakan perkembangan sistem
automasi
perpustakaan dapat dikategorikan kepada tiga tahap. Tahap pertama
dimulai
pada awal tahun 1960-an, yaitu penggunaan teknologi komputer untuk
mengautomasi
sejumlah proses kerja di perpustakaan untuk mencapai penyelesaian
yang
cepat terhadap berbagai masalah yang mendesak. Tahap kedua, dimulai pada
permulaan
tahun 1980-an yaitu tahap konsolidasi yang diikuti oleh pengembangan
sistem
automasi perpustakaan yang terintegrasi; sedangkan tahap ketiga,
berlangsung
pada akhir tahun 1980-an, yaitu untuk menyebarluaskan sumber daya
informasi
perpustakaan melalui sistem automasi perpustakaan. Pernyataan di atas
menunjukkan
bahwa pada kurun waktu tertentu, terjadi pengembangan dan
perluasan
fungsi sistem automasi perpustakaan. Pengembangan dan perlusan fungsi
itu
tentu akan berdampak kepada penemuan sistem yang lebih canggih dari
sebelumnya,
termasuk perluasan fungsi OPAC.
Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun
1980-an, sehingga banyak
perpustakaan
mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC.
Sejumlah
perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum telah
menggunakan
sistem manajemen perpustakaan yang terintegrasi, lengkap dengan
modul
OPAC. Beberapa sistem yang terkenal pada masa itu ialah URICA, Geac, DOBIS
/
LIBIS, dan sebagainya.
Analisis terhadap sistem automasi perpustakaan
berdasarkan keinginan pasar
muncul
setiap tahun di Library Jurnal di Amerika Serikat, dan di majalah Program di
Inggris.
Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem.
Penelitian
untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna untuk pengembangan sistem
OPAC
banyak dilakukan. Banyak perpustakaan atau institusi tertentu yang
menyediakan
anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC.
Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru
yang bisa dijalankan
pada
sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini,
memisahkan
perangkat lunak (software) menjadi client dan server. Perangkat lunak
untuk
client menyediakan antarmuka (interface) kepada pengguna, dan biasanya
berjalan
atau beroperasi pada PC (personal computer) atau terminal. Perangkat lunak
untuk
server menyediakan pengelolaan pangkalan data, dan biasanya dioperasikan
pada
komputer lain.
Agar client dan server dapat saling berhubungan
tanpa hambatan, maka dalam
protokol
komunikasi antar client dan server (client-server communication protocol)
ditetapkan
aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut. Contoh protokol
semacam
itu adalah ISO standar untuk penelusuran dan temubalik (ISO
10162/10163)
yang diimplementasikan di Amerika Serikat sebagai National
Information
Standards Organization (NISO) Z39.50. Dengan protokol ini, maka
sejumlah
pangkalan data katalog perpustakaan tertentu bisa diakses dari internet.
Selain itu, melalui protokol Z39.50, komunikasi bisa
dilakukan antar server dengan
server
dan antara client dengan server.
4.3.
OPAC dan Format MARC
Dampak utama automasi terhadap katalog perpustakaan
ialah memberi
fasilitas
penelusuran yang sangat cepat, dan akses yang efektif kepada koleksi
perpustakaan,
terutama bila pengarang, judul atau tajuk subjek dari bahan itu
diketahui
oleh penelusur (Larson 1996, 555). Salah satu keuntungan dari automasi
perpustakaan
untuk kegiatan pengatalogan adalah bahwa sejumlah perpustakaan
dimungkinkan
dapat saling bertukar data bibliografis. Agar pertukaran itu dapat
berlangsung
dengan baik, dituntut adanya keseragaman format cantuman. Untuk itu,
telah
dikembangkan suatu format yang diberi nama machine readable catalogue
disingkat
MARC.
Format cantuman MARC dirancang bangun oleh Library
of Congress bersama -
sama
British Library dengan tujuan mengembangkan cantuman bibliografis dalam
bentuk
yang dapat dibacakan oleh mesin untuk memudahkan reformat dalam
berbagai
keperluan (Sulistyo-Basuki 1991, 322). MARC muncul di Amerika Serikat
pada
tahun 1966 melalui suatu proyek perintis yang meliputi pendistribusian data
dari
pita
rekaman yang terbaca mesin setiap minggunya ke 16 perpustakaan terseleksi.
Masing-masing perpustakaan memprosesnya melalui
fasilitas komputer yang mereka
miliki,
dengan kebutuhan utama pada saat itu adalah untuk menghasilkan kartu
katalog
(Hunter 1991, 136). Format yang digunakan untuk proyek itu selanjutnya
disebut
MARC I.
Format MARC I dinilai masih memiliki sejumlah
keterbatasan, sehingga
kemudian
dikembangkan dengan menghasilkan MARC II. Format MARC II mulai
digunakan
pada tahun 1967, yang selanjutnya disebut MARC. Format ini cocok dengan
edisi
kedua dari Anglo-American Cataloguing Rules revisi tahun 1988 (AACR2) dan
edisi
keduapuluh Dewey Decimal Classification dan diharapkan dapat dimodifikasi
untuk
menampung edisi terbaru dari kedua peralatan tersebut (Rowley 1992, 76-77).
Format
MARC ini kemudian dikembangkan oleh negara tertentu untuk kepentingan
nasionalnya.
Dalam perkembangannya, format MARC muncul di
berbagai negara dengan
sebutan
seperti, USMARC, UKMARC, MALMARC, INDOMARC dan sebagainya. Sekalipun
format
MARC telah banyak dikembangkan oleh berbagai negara, namun prinsipnya
tetap
sama, yaitu sebuah format komunikasi berdasarkan ISO 2709. INDOMARC
dikembangkan
oleh Perpustakaan Nasional Indonesia untuk kepentingan automasi
pengatalogan
bahan pustaka di Indonesia. Dengan demikian, format INDOMARC juga
merupakan
implementasi dari International Standard Organization (ISO) 2709 untuk
Indonesia,
yang berupa sebuah format untuk tukar- menukar informasi bibliografi
melalui
pita magnetik (magnetic tape) atau media yang terbacakan mesin
(machinereadable) lainnya (Perpustakaan Nasional 1994, 5-13).
Format MARC terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama, adalah bagian yang
memberikan
informasi tentang deskripsi data bibliografis, dan bagian kedua adalah
bagian
yang menyimpan data bibliografis tersebut. Data disimpan pada ruas data, dan
setiap
ruas diawali dengan tag atau tengara yang terdiri dari tiga angka dengan
interval
000 – 999 (Rowley 1992, 77). Berikut diberi contoh format INDOMARC yang
diadaptasi
untuk pembuatan pangkalan data katalog di sejumlah perpustakaan
tertentu.
020
ISBN
035
No. Kendali Setempat
041
Kode Bahasa
080
No. Panggil UDC
082
No. Panggil DDC
099
No. Panggil Setempat
100
Entri Utama Nama Orang
110
Entri Utama Nama Badan Korporasi
111
Entri Utama Nama Pertemuan
245
Judul
250
Edisi
260
Penerbit dan Distribusi
300
Deskripsi Fisik
440
Seri
500
Catatan Umum
650
Entri Tambahan Subyek
695
Kata Kunci
700
Entri Tambahan Nama Orang
710
Entri Tambahan Badan Korporasi
711
Entri Tambahan Nama Pertemuan
850
Badan Pemilik
985
Jumlah Eksemplar
999
Nomor Identitas (Saleh 1999, 14-15)
Salah satu tujuan penggunaan format MARC pada
kegiatan pengatalogan yang
terautomasi
adalah untuk membangun pangkalan data bibliografi koleksi
perpustakaan.
Sedangkan salah satu tujuan pembentukan pangkalan data koleksi,
ialah
untuk menghasilkan katalog terpasang atau OPAC, yang dapat diakses pengguna
dari
terminal komputer yang tersedia. Dengan demikian, OPAC adalah bentuk katalog
terpasang
yang dirancang bangun dengan menggunakan format MARC. Pada 1960-an
MARC
diperkenalkan, tahun 1970-an sistem pengatalogan terautomasi dikembangkan,
dan
pada awal tahun 1980-an OPAC diperkenalkan dan digunakan pada sejumlah
perpustakan
tertentu (Beheshti 1992, 222).
5. Keunggulan OPAC dari
Katalog Kartu atau Katalog Manual
Sebelum OPAC muncul, telah ada berbagai bentuk
katalog perpustakaan, dan
bentuk
katalog yang paling luas digunakan ialah katalog kartu (Horgan 1994, 2). Akan
tetapi
setelah OPAC muncul pada permulaan tahun 1980-an, sejumlah perpustakaan
tertentu
telah mulai mengkonversi katalog kartu dan beralih ke bentuk OPAC.
Perpustakaan
mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan untuk beralih dari
katalog
kartu ke OPAC.
Selain bentuk fisik, ada sejumlah perbedaan diantara
OPAC dengan katalog
kartu.
Salah satu perbedaan penting diantara keduanya adalah, bahwa cantuman
bibliografi
pada OPAC dapat ditelusur dalam berbagai cara dan dapat ditampilkan pada
berbagai
bentuk format tampilan, sedangkan pada katalog kartu hal itu tidak mungkin
dilakukan.
Perbedaan lainnya dapat dilihat dari sisi kegiatan penelusuran yang
mencakup
interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan
pengguna
(user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities),
keluaran
dan tampilan (output and display), serta ketersediaan dan akses (availability
and
access) (Fattahi 1995, 49-53).
OPAC dinyatakan sebagai katalog yang interaktif.
Disebut interaktif karena
sistem
tersebut menyediakan komunikasi antara pengguna dengan komputer dalam
suatu
mode atau cara yang bersifat dialog. Seal, dalam Fattahi (1995, 50)
menyatakan
OPAC dapat memberi reaksi dan merespon pengguna dalam suatu cara
yang
cerdas. Cara itu dapat digunakan untuk menunjukkan pilihan penelusuran yang
tersedia,
mengoreksi pengoperasian yang salah, menunjukkan alternatif dokumen
yang
cocok dengan kriteria penelusuran dan menuntun pengguna selama melakukan
penelusuran.
Pendekatan penelusuran yang interaktif ini tidak mungkin bisa dilakukan
pada
katalog kartu.
OPAC mempunyai kemampuan untuk menyediakan bantuan
pengguna dalam
berbagai
cara dan tingkatan, yang bisa langsung dibaca pengguna pada sistem. Mitev,
dalam
Fattahi (1995, 51) menggolongkan empat kategori bantuan yaitu, bantuan
temu
balik (retrieval aids), bantuan bahasa (linguistic aids), bantuan menjelajah
(navigational
aids), dan bantuan arti kata (semantic aids). Bantuan penelusuran
seperti
ini, tidaklah mungkin ditemukan pada penelusuran menggunakan katalog kartu
dan
katalog manual lainnya.
Kepuasan pengguna merupakan salah satu indikator
keberhasilan layanan
perpustakaan.
Umumnya, pengguna mengakui bahwa ada tingkat kepuasan yang
tinggi
dengan OPAC, dimana pengguna lebih menyukai bentuk OPAC dari pada katalog
kartu
(Lewis 1987, 152). Pengguna lebih menyukai OPAC karena: a) menelusur di
OPAC
menyenangkan, b) menelusur di OPAC menghemat waktu, c) OPAC
menyediakan
layanan baru, dan d) OPAC menyediakan ciri khas yang baru (Markey
1993,
88).
Salah satu keunggulan sistem OPAC dari katalog kartu
dan katalog manual
lainnya,
adalah kemudahan dalam penelusuran. Melalui OPAC, pengguna bias
menelusur
dokumen yang dibutuhkan dengan berbagai cara, yang tidak mungkin
dapat
dilakukan pada katalog kartu atau katalog manual lainnya, misalnya menelusur
berdasarkan
kata kunci ke semua ruas, menelusur menggunakan operator Boolean,
operator
word adjacency dan sebagainya. Sistem OPAC biasanya menawarkan atau
menyediakan
akses yang luas kepada seluruh cantuman bibliografi. Hasil penelusuran
melalui
sistem OPAC dapat ditampilkan secara sistematis dan bervariasi.
Tampilan informasi bibliografi adalah hal lain yang
utama yang membedakan
OPAC
dengan katalog kartu. Bentuk dan isi cantuman bibliografi pada katalog kartu
selalu
berada pada format yang sama, sedangkan pada OPAC dimungkinkan pada
format
yang fleksibel, dengan kemungkinan tampilan informasi bilbiografi dalam
berbagai
variasi dan pada level yang berbeda. Tingkat deskripsi bilbiografi pada OPAC
biasanya
luwes dan bisa didesain sesuai dengan kebutuhan pengguna.
OPAC dapat diakses melalui terminal pada tempat yang
berbeda dari dalam
atau
dari luar gedung perpustakaan, melalui local area networks (LAN) dan wide area
networks
(WAN), sedangkan pada katalog kartu dan katalog manual lainnya hal itu
tidak
mungkin dilakukan. Pengguna yang berbeda, yang berada di dalam atau di luar
gedung
perpustakaan dimungkinkan menggunakan sistem OPAC secara bersama,
sekalipun
menelusur cantuman yang sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan
bila
menggunakan katalog kartu, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan. Kelemahan
penggunaan
sistem OPAC ialah dipengaruhi faktor luar seperti terputusnya aliran
listrik.[1]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perpustakaan
memerlukan katalog adalah untuk menunjukkan ketersediaan
koleksi yang
dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang
berisikan
informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya.
Katalog
perpustakaan berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang
dapat
menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya. Artinya, suatu perpustakaan
melalui
katalognya me ngkomunikasikan kepada pengguna, koleksi apa saja yang
dimilikinya,
seberapa banyak koleksi tersebut dan sebagainya.
Bentuk
katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan
dari masa ke
masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan
bentuk
fisiknya.
Melalui
OPAC, pengguna akan bisa mengetahui seberapa banyak judul, subjek,
eksemplar, dan
sebagainya dari koleksi suatu perpustakaan tertentu.
Dampak
utama automasi terhadap katalog perpustakaan ialah memberi
fasilitas
penelusuran yang sangat cepat, dan akses yang efektif kepada koleksi
perpustakaan,
terutama bila pengarang, judul atau tajuk subjek dari bahan itu
diketahui
oleh penelusur (Larson 1996, 555)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar